Search

Home / Kolom / Editorial

Hummer Mill untuk Denpasar

Nyoman Sukadana   |    10 Agustus 2025    |   22:15:00 WITA

Hummer Mill untuk Denpasar
Bendesa Adat se-Denpasar tawarkan inovasi Hummer Mill untuk mengolah sampah organik menjadi tepung, kurangi beban TPA, dan kembalikan kesuburan tanah kota.

PERMASALAHAN sampah organik di Kota Denpasar sudah lama menjadi persoalan serius yang menggerus kualitas lingkungan dan kenyamanan hidup warganya. Bertambahnya jumlah penduduk, aktivitas pariwisata, serta pola konsumsi yang tinggi membuat timbulan sampah terus meningkat. Sementara itu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) memiliki keterbatasan kapasitas dan umur pakai. Penanganan sampah organik yang lambat menyebabkan bau, pencemaran, dan potensi konflik sosial di wilayah sekitar TPA.

Di tengah situasi ini, Parum Bendesa Adat se-Kota Denpasar menghadirkan sebuah gagasan konkret yaitu memanfaatkan teknologi Hummer Mill untuk mengolah sampah organik. Bukan sekadar wacana, inovasi ini sudah teruji mampu mengubah sampah organik menjadi tepung dengan volume 27 kali lebih kecil. Hasil olahan ini dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan kompos untuk menyuburkan tanah. Dengan kata lain, masalah dapat diubah menjadi sumber daya.

Pamucuk Paruman Bendesa Kota Denpasar, A.A. Ketut Wirya, menegaskan efektivitas Hummer Mill dalam mengurangi volume sampah organik dan mempercepat proses penguraian. Bendesa Adat Penatih, I Wayan Ekayana, selaku inisiator ide ini, menambahkan bahwa teknologi tersebut bisa dioperasikan oleh desa adat, banjar, bahkan kelompok masyarakat kecil. Artinya, proses pengolahan dapat dilakukan dekat dengan sumber sampah, tanpa harus selalu bergantung pada pengangkutan ke TPA.

Dukungan politik juga menguat dari anggota Komisi IV DPRD Bali, I Gusti Ngurah Gede Marhanedra Jaya, yang mendorong kerja sama kolektif untuk mengatasi masalah ini. Kolaborasi antara tokoh adat, masyarakat, dan unsur legislatif menunjukkan bahwa solusi lingkungan yang berkelanjutan memerlukan keterlibatan semua pihak.

Namun, ide saja tidak cukup. Pemerintah Kota Denpasar perlu segera mengambil langkah nyata. Pertama, menyediakan lahan untuk instalasi Hummer Mill di titik-titik strategis. Kedua, mengalokasikan anggaran pembelian alat dan operasionalnya. Ketiga, melatih sumber daya manusia di tingkat banjar agar mampu mengoperasikan teknologi ini secara optimal. Keempat, menyusun regulasi dan insentif yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam memilah dan mengolah sampah organik.

Selain itu, transparansi data juga penting. Publik perlu mengetahui berapa ton sampah organik yang berhasil diolah, berapa banyak kompos yang dihasilkan, dan dampaknya terhadap pengurangan beban TPA. Dengan data yang terbuka, dukungan masyarakat akan tumbuh, dan pengawasan berjalan lebih efektif.

Denpasar berpeluang menjadi contoh nasional dalam pengelolaan sampah berbasis teknologi dan kearifan lokal. Hummer Mill mungkin bukan satu-satunya jawaban, tetapi dapat menjadi langkah awal yang signifikan untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah dari buang menjadi olah, dari beban menjadi berkah.

Saat teknologi bersinergi dengan komitmen kolektif, masa depan lingkungan kota ini akan lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. Jangan sampai peluang ini terlewat hanya karena kurangnya kemauan politik atau koordinasi. Denpasar harus berani memulai dan memimpin. (*)

Baca juga :
  • Api Perjuangan Bali
  • Teba Modern Ujian Konsistensi
  • Kedaulatan Data, Harga Diri Bangsa