Search

Home / Khas / Ekonomi

Desa Bali di Tanah Mandar Menuju Desa Wisata

Nyoman Sukadana   |    28 Agustus 2025    |   05:00:00 WITA

Desa Bali di Tanah Mandar Menuju Desa Wisata
Wakil Pariwisata, Ni Luh Puspa saat berdiskusi untuk mengambil langkah konkret guna memajukan Desa Tommo, Mamuju, Sulawesi Barat, Selasa, (26/8/2025). (dok?Kemenpar)

LANGIT sore di Desa Tommo, Mamuju, Sulawesi Barat, kerap disemarakkan oleh dentuman gamelan dan parade Ogoh-ogoh menjelang Hari Nyepi. Di balik barisan patung raksasa penuh warna itu, tersimpan kisah panjang sebuah desa yang lahir dari program transmigrasi sejak 1983. Kini, Desa Tommo mulai menapaki jalan baru: bertransformasi menjadi desa wisata.

Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa, Selasa (26/8/2025), datang langsung untuk berdialog dengan warga desa. Kunjungannya menandai sejarah baru karena ia menjadi Wamenpar pertama yang hadir di Tommo. Masyarakat pun antusias, menyampaikan beragam aspirasi mulai dari kebutuhan fasilitas keagamaan hingga pelatihan SDM pariwisata.

“Utamanya tentu agar ini bisa bermanfaat untuk umat dalam konteks keagamaan, termasuk upacara dan ritual. Mudah-mudahan ke depan bisa menjadi daya tarik wisata,” kata Ni Luh Puspa.

Desa Tommo unik karena dihuni berbagai etnis: Bali, Bugis, Mandar, Jawa, Sunda, hingga Toraja. Meski mayoritas masyarakatnya beragama Hindu, desa ini hidup berdampingan dengan harmoni. Dua ritual utama menjadi magnet: parade Ogoh-ogoh pada pengerupukan sehari sebelum Nyepi dan prosesi ngaben massal yang digelar setiap tiga tahun sekali.

“Banyak orang datang ke Bali hanya untuk menyaksikan ngaben. Jadi tidak perlu jauh-jauh, masyarakat Sulawesi Barat cukup ke Tommo,” ujar Ni Luh Puspa.

Selain budaya, Desa Tommo juga bertumpu pada jagung sebagai komoditas utama. Perpaduan antara potensi ekonomi dan tradisi menjadikan desa ini kandidat kuat untuk berkembang sebagai destinasi wisata berbasis komunitas.

Bupati Mamuju, Sitti Sutinah Suhardi, berharap dukungan pemerintah pusat mempercepat transformasi desa. “Apabila Desa Tommo sudah dinyatakan masuk desa wisata, insya Allah perekonomian masyarakat semakin maju terutama berkat sektor pariwisata,” katanya.

Pengembangan desa wisata di Tommo juga sejalan dengan program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang digagas pemerintah pusat. Program ini diharapkan menjadi ruang penguatan ekonomi, pelestarian budaya, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Tidak ada daerah yang maju sendirian. Semua butuh gotong royong. Kalau masyarakat mau, pemerintah daerah mau, pemerintah pusat juga mau, saya yakin Desa Tommo bisa menjadi ikon baru di Mamuju,” tegas Ni Luh Puspa.

Kini, di antara ladang jagung dan jalan desa yang sederhana, Tommo tengah menyiapkan diri. Dengan semangat gotong royong, warga percaya desa yang lahir dari transmigrasi bisa menjelma sebagai destinasi wisata yang tidak hanya memikat wisatawan, tetapi juga menjadi kebanggaan masyarakat lokal.

(riki/sukadana)

Baca juga :
  • Nikita Shilametsa, Investor yang Peduli Kelestarian Bali
  • Jaje Senggait: Manis Gurih Kebanggaan Singaraja
  • Bermodal Rp 300 Ribu, Sukses Bisnis Sambal