INDUSTRI pariwisata dunia sedang bergerak cepat. Salah satu sektor dengan pertumbuhan paling pesat adalah wisata kebugaran dan medis, atau yang populer dengan istilah wellness tourism. Nilai ekonominya pada 2023 telah menembus 6,32 triliun dolar AS. Dalam beberapa tahun ke depan, proyeksinya mendekati 10 triliun dolar AS. Angka itu tidak hanya mencerminkan geliat pasar, tetapi juga pergeseran pola wisata global menuju pengalaman yang lebih personal, sehat, dan transformatif. Indonesia berada di jalur yang tepat untuk ikut berebut kue besar itu. Tradisi kebugaran Nusantara sudah lama menjadi bagian dari warisan budaya dunia. Spa Bali, jamu Jawa, hingga praktik penyembuhan berbasis tradisi yang diakui UNESCO memberi modal otentik. Di tengah wisata global yang kian mencari keunikan dan keaslian, modal budaya seperti ini menjadi senjata utama. Dalam konteks inilah promosi Kawasan Ekonomi Khusus Sanur sebagai destinasi medis dunia menjadi momentum penting. Pemerintah menempatkan KEK Sanur di panggung internasional dengan menawarkan paket yang menyatu antara fasilitas medis modern, layanan kesehatan berbasis kebudayaan, dan ekosistem pariwisata yang dirancang berkelanjutan. Ajakan kepada investor asing bukan sekadar diplomasi ekonomi, melainkan strategi awal meneguhkan posisi Indonesia di peta wellness global. Tetapi promosi besar saja tidak cukup. Ada tiga tantangan mendasar yang mesti dijawab jika KEK Sanur ingin menjadi pemain utama. Pertama, kualitas layanan. Wisata medis memerlukan rumah sakit berstandar internasional, tenaga kesehatan profesional, tata kelola klinis yang transparan, serta akreditasi global. Tanpa jaminan mutu, KEK Sanur berisiko menjadi proyek yang kehilangan daya saing begitu masuk ke pasar yang sensitif terhadap reputasi dan keselamatan pasien. Kedua, keberlanjutan. Pasar wellness tumbuh karena kesadaran akan gaya hidup sehat dan hormat pada lingkungan. Bali telah menanggung beban ekologis pariwisata massal. Pengembangan KEK Sanur harus menjaga keseimbangan daya dukung, memperkuat pengelolaan limbah, air, dan energi, serta melibatkan masyarakat lokal sebagai penerima manfaat ekonomi. Jika tidak, konsep wellness bertentangan dengan realitas lapangan. Ketiga, komitmen politik dan tata kelola lintas sektor. Wellness tourism tidak bisa berdiri sendiri. Ia menuntut harmonisasi kebijakan kesehatan, pariwisata, pendidikan tenaga medis, investasi, hingga imigrasi untuk memudahkan perjalanan pasien internasional. Insentif fiskal yang tepat, perizinan yang cepat, kepastian hukum, dan promosi yang konsisten akan menjadi pembeda. KEK Sanur hanya kuat jika diperlakukan sebagai proyek strategis nasional, bukan program sektoral yang berjalan sendiri. Di sisi lain, positioning juga harus jelas. KEK Sanur perlu menetapkan fokus layanan unggulan agar tidak terjebak menjadi tujuan serba ada. Rehabilitasi dan pemulihan, pencegahan penyakit berbasis gaya hidup, serta layanan penunjang pasca tindakan medis dapat disinergikan dengan kekuatan budaya dan keramahtamahan lokal. Kolaborasi dengan universitas dan pusat riset akan memperkuat inovasi, sementara kemitraan dengan penyedia asuransi internasional akan memperluas pasar. Editorial ini berpandangan, keberanian mengangkat KEK Sanur sebagai destinasi medis dunia adalah langkah strategis. Namun yang lebih menentukan adalah konsistensi membangun fondasi jangka panjang. Pasar bernilai hampir 10 triliun dolar tidak hanya mengundang peluang, tetapi juga kompetisi ketat dari pemain mapan. Indonesia bisa tampil sebagai pesaing tangguh jika mampu menawarkan kualitas, kepercayaan, dan nilai autentik yang tidak mudah ditiru. Bali selama ini telah menjadi magnet dunia. Tantangan berikutnya adalah memastikan magnet itu tidak hanya mengundang wisatawan berlibur, melainkan juga menjadi pusat transformasi kesehatan dan kebugaran global. Jika KEK Sanur berhasil menjawab tantangan mutu, keberlanjutan, dan tata kelola, Indonesia tidak sekadar menjadi penonton dalam industri wellness, melainkan ikut menentukan arah perubahannya. (*)
Baca juga :
• Tata Ruang yang Lupa pada Air
• Banjir dan Cermin Kota
• Banjar untuk Masa Depan