RUANG kelas SDN 12 Pemecutan, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, tak lagi penuh dengan bangku dan buku pelajaran. Lantai dingin yang biasanya jadi pijakan anak-anak belajar kini digelar tikar, selimut, dan barang seadanya. Di dinding, masih tampak coretan tugas matematika, sementara di pojok ruangan tergantung pakaian basah yang baru dijemur. Suasana kelas berubah total, dari tempat menuntut ilmu menjadi tempat bertahan hidup di tengah musibah banjir. Sabtu (13/9/2025) siang, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara datang meninjau langsung para pengungsi. Didampingi Wakil Walikota I Kadek Agus Arya Wibawa, Anggota DPRD Denpasar I Nyoman Sumardika, serta penglingsir Puri Jro Kuta Denpasar, I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya (Turah Joko), Jaya Negara menyusuri satu per satu ruang kelas. Kehadirannya disambut hangat oleh warga yang duduk berkelompok, sebagian masih tampak lelah setelah berhari-hari meninggalkan rumah. Dengan suara tenang, Jaya Negara mengungkapkan rasa prihatin atas musibah banjir yang melanda sebagian wilayah Denpasar. “Kami memahami bahwa ruang kelas sekolah hanya dapat digunakan sementara. Karena itu, bersama tokoh Puri Jro Kuta dan Kelihan Banjar Blong Menak, kami menyiapkan hunian sementara agar masyarakat tidak terbebani,” ujarnya. Tak hanya itu, Walikota juga menegaskan bahwa Pemkot Denpasar akan tetap menjaga distribusi kebutuhan dasar warga, termasuk makanan, pakaian, hingga layanan kesehatan. “Yang penting masyarakat tetap merasa diperhatikan. Pemkot bersama seluruh pihak akan berupaya maksimal agar pemulihan berjalan cepat,” tambahnya. Di luar kelas, suara deras aliran Sungai Badung masih terdengar. Sungai yang sehari-hari menjadi nadi kota kini berubah menjadi ancaman. Banjir yang datang tiba-tiba membuat puluhan keluarga terpaksa meninggalkan rumah, membawa barang seadanya. Melihat kondisi tersebut, Anggota DPD RI Dr. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang juga hadir, meninjau langsung aliran sungai. Kehadiran dua generasi pemimpin Denpasar di tengah pengungsi memberi pesan kuat bahwa warga tidak sendirian menghadapi situasi sulit. Sudarsono, salah satu pengungsi, mengaku lega dengan perhatian pemerintah. “Terima kasih atas bantuan dari Bapak Wali Kota, Puri Jro Kuta, serta pihak Banjar Blong Menak. Kami berharap bisa segera kembali menata kehidupan,” katanya dengan mata berkaca-kaca. Di balik kelelahan warga, ada semangat gotong royong yang terus menyala. Tokoh masyarakat bersama relawan bahu-membahu membantu penyediaan makanan dan kebutuhan dasar. Beberapa anak muda tampak mengatur distribusi logistik, sementara ibu-ibu mengatur dapur darurat agar semua warga mendapat makanan hangat. Kehadiran pemerintah memberi arah, tetapi solidaritas masyarakat menjadi tenaga yang menguatkan. Banjir memang tak hanya meninggalkan genangan air, tapi juga meninggalkan jejak ketabahan. Ruang kelas sekolah ini hanyalah persinggahan singkat. Di balik dinding yang kini jadi saksi keteguhan, warga masih menyimpan keyakinan: ada janji pemulihan, ada tangan-tangan yang peduli, dan ada harapan untuk kembali pulang ke rumah masing-masing. (sukadana)
Baca juga :
• Dari Warung Pinggiran Kota ke Kampus Elite Dunia
• Dari Pesisir Buleleng Menuju ITB
• Ketut Suastika Usulkan Ruang Kelas Baru Atasi Kisruh PPDB