Search

Home / Khas / Ekonomi

Tigawasa, Desa Tua Gudang Pengrajin Bambu

Editor   |    02 April 2023    |   18:57:00 WITA

Tigawasa, Desa Tua Gudang Pengrajin Bambu
Alam lingkungan di Desa Tigawasa yang masih tampak asri dan terawat. (suteja)

HAMPIR tiap desa di Bali memiliki kekhasan tradisi, adat, seni dan kerajinan masing-masing, terlebih desa tua di kawasan Bali Utara.  

Salah satunya adalah Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Bali. Desa yang tergolong sebagai desa tua atau Bali Aga ini memiliki kekhasan potensi kerajinan anyaman bambu.

Keterampilan warganya dalam dalam mengayam bambu sudah sangat dikenal di seluruh Bali. Sebagaian warganya pun masih menggeluti pekerjaan sehari-hari sebagai pengrajin anyaman bambu.

Sejak dulu ini terkenal sebagai desa gudang pengrajin bamboo. Mereka dikenal  terampil membuat anyaman bambu, seperti membuat sokasi dan bedek. Pekerjaan itu sampai kini masih ditekuni sebagai kegiatan sehari-hari guna memenuhi kebutuhan hidup.

Bahkan ketrampilan menganyam bambu di desa ini bukan hanya dimiliki kalangan orang dewasa maupun orang tua, tetapi juga dari kalangan anak-anak.

Kondisi ini tak lepas dari kondisi geografis desa itu yang sepanjang fesa terdapat banyak pohon-pohon bambu. Namun desa juga tak jauh beda dengan desa sekiar sebagai penghasil cengkeh, durian dan manggis dengan keasrian alam yang tetap terjaga.

Perbekel Desa Tigawasa, I Made Suardamayasa saat ditemui, Minggu (2/4) di desa setempat, mengatakan bahwa dari perkebunan yang ada, Desa Tigawasa dikenal sebagai sentral anyaman bambu. Hampir 90 persen masyarakatnya melakukan pekerjaan sebagai pengrajin kerajinan bambu.

Lebih lanjut, Perbekel Suardamayasa mengatakan, untuk motif yang dibuat oleh pengrajin Desa Tigawasa sangat beragam sesuai dengan pesanan pembeli dengan  pemasarannya dilakukan melalui Media Sosial (Medsos). Hal ini mengingat adanya perkembangan teknologi.

"Motifnya mengikuti perkembangan zaman. Ada permintaan pembeli dengan model yang baru, pengrajin kami siap membuatkannya," ucapnya.

Dalam kerajinan bambu ini, pihak desa tidak hanya diam saja, melainkan dengan melakukan pembinaan dan membentuk kelompok-kelompok pengrajin bambu.

"Di sini ada lima kelompok pengerajin bambu yang aktif, sudah bisa bergerak sampai ke tingkat provinsi bahkan sampai ke tingkat nasional," sebutnya.

Adapun kerajinan bambu yang dihasilkan, sebut dia, berupa, sokasi, tas, tempat canang, tempat tisu dan banyak lainnya.

Sementara itu, salah satu pengrajin anyaman bambu yang cukup terkenal adalah Putu Indrayana atau akrab disapa Pak Bimbo. Pria yang sudah menekuni kerajinan anyaman bambu selama 20 tahun lebih itu menjual aneka produknya, antara lain peralatan untuk kegiatan keagamaan keben bentuk biasa, kotak maupun bundar serta tempat bajera.

Selain itu, Bimbo juga membuat produk seperti tempat pulpen, tempat tisu, tempat sampah tas, dan lain sebagainya.

Semua produknya itu ia buat bentuk dan ukurannya sesuai dengan selera pembeli. Selain itu, pembeli juga dapat menentukan warna serta tulisan yang akan dibuat pada produk pesanannya. Sedangkan mengenai harganya, Bimbo mematok sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

“Kalau harganya nanti kan tergantung ukurannya, untuk keben saya jual dari harga Rp. 50 ribu sampai ada yang Rp 400 ribu,” sebutnya

Disinggung terkait pemasarannya, Bimbo mengaku jarang menitipkan produk kerajinannya pada penjual tangan kedua seperti pasar dan toko, melainkan lebih senang menjual sendiri di rumahnya.

Awalnya dia hanya mendapat pelanggan yang kebetulan melewati rumahnya lalu tertarik dengan produk kerajinan yang dipajang. Promosinya pun hanya mengandalkan dari mulut ke mulut. Selain itu, Bimbo sering juga mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng.

Tidak hanya menjual produknya sendiri, ia pun juga turut aktif memberikan bimbingan kepada masyarakat di desanya yang ingin menekuni kerajinan anyaman bambu, untuk kemudian dibantu juga pemasarannya.

Pada zaman teknologi maju saat ini, Bimbo sudah melebarkan sayap pemasarannya ke jagat maya. Untuk memasarkan produk-produk kerajinannya bahkan mengaku aktif menggunakan media sosial seperti Facebook untuk memajang foto-foto produk kerajinannya. Sedangkan Whatsapp (WA) dimanfaatkan untuk komunikasi dengan pembeli.

“Bagi yang tertarik ingin membeli bisa langsung memesan lewat whatsapp atau telepon,"ujarnya. (sut)

Baca juga :
  • Jaje Senggait: Manis Gurih Kebanggaan Singaraja
  • Bermodal Rp 300 Ribu, Sukses Bisnis Sambal
  • Sulap Kantor Gubernur Jadi Kebun Jagung