“Tanah Tuban, saksi bisu dua arus sejarah. Dari layar perkasa Majapahit hingga sayap besi wisatawan, Bali merekah dalam pusaran waktu.” DESA Tuban, sebuah wilayah pesisir di Kabupaten Badung, yang kini lebih dikenal sebagai lokasi strategis Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, menyimpan catatan sejarah yang jauh lebih kaya dan kompleks dari sekadar gerbang udara Pulau Dewata. Penelusuran mendalam mengungkap bagaimana Tuban menjadi titik sentral dalam dua momentum bersejarah yang secara fundamental mengubah peradaban Bali: kedatangan ekspedisi militer Majapahit pada abad ke-14 dan perkembangan pesat industri pariwisata modern yang dipicu oleh keberadaan bandara internasional. Jejak Hegemoni Majapahit (Abad ke-14) Asal-usul nama Desa Tuban memiliki korelasi erat dengan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Bali. Berdasarkan catatan sejarah dan narasi lisan yang berkembang, wilayah pantai ini menjadi lokasi pendaratan pertama bagi armada laut Kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada sekitar tahun 1343 Masehi. Armada yang berangkat dari pelabuhan Tuban di Jawa Timur ini menandai dimulainya invasi yang bertujuan untuk mengintegrasikan Bali ke dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Penamaan "Tuban" di Bali diyakini sebagai bentuk pengingat atau penanda bagi para prajurit Majapahit akan tanah asal mereka. Bahkan, beberapa sumber menyebutkan area pendaratan tersebut dikenal dengan nama "Dalem Perahu," yang lokasinya diperkirakan berada di sebelah barat area Bandara Ngurah Rai saat ini. Keberhasilan ekspedisi Gajah Mada mengakhiri kekuasaan kerajaan Bali kuno dan membawa Bali di bawah pengaruh Majapahit, dengan ditunjuknya Sri Kresna Kepakisan sebagai penguasa bawahan. Periode ini membawa perubahan signifikan dalam struktur pemerintahan, sosial, dan budaya Bali, termasuk masuknya sistem kasta yang lebih rigit dan akulturasi dalam seni, arsitektur, bahasa, dan ritual keagamaan. Tuban, sebagai titik masuk kekuatan asing, menjadi saksi awal dari transformasi peradaban Bali di era kerajaan. Ledakan Pariwisata Modern (Abad ke-20 hingga Kini) Setelah berabad-abad berlalu, Tuban kembali memainkan peran krusial dalam sejarah Bali. Pada tahun 1930, di era kolonial Belanda, sebuah landasan udara sederhana sepanjang 700 meter dibangun di wilayah ini oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats. Awalnya dikenal sebagai Pelabuhan Udara Tuban, infrastruktur ini menjadi cikal bakal Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Pengembangan signifikan terjadi pasca kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1949, dibangun gedung terminal dan menara pengawas sederhana. Namun, tonggak penting modernisasi bandara terjadi pada tahun 1969, dengan peresmian terminal baru oleh Menteri Pekerjaan Umum, Ir Sutami. Proses perancangan terminal modern ini melibatkan sayembara yang dimenangkan oleh PT Indolexco yang berkolaborasi dengan PT Atelier 6 Arsitek, dengan kontribusi arsitek Bali, Ir I Wayan Gomudha, untuk memadukan unsur modern dan tradisional Bali. Keberadaan Bandara Internasional Ngurah Rai di Tuban menjadi katalisator utama bagi perkembangan pariwisata di Bali. Sebagai pintu gerbang utama bagi jutaan wisatawan mancanegara, bandara ini secara dramatis mengubah lanskap ekonomi pulau, menciptakan lapangan kerja yang luas, dan mendorong pertumbuhan berbagai sektor terkait. Tuban, yang dulunya adalah dermaga bagi kekuatan politik, kini menjadi gerbang bagi arus global pariwisata, membawa serta modernisasi dan perubahan sosial budaya yang signifikan bagi Bali. Simbol Transformasi Berkelanjutan Tuban, yang namanya terukir oleh jejak invasi di masa lalu, kini berdiri sebagai simbol abadi dari kemampuan Bali untuk beradaptasi dan bertransformasi. Dari titik masuk hegemoni kerajaan hingga gerbang utama pariwisata dunia, wilayah ini terus menjadi episentrum perubahan yang membentuk wajah Bali. Namun, perkembangan pariwisata juga menghadirkan tantangan terkait lingkungan, sosial budaya, dan pemerataan ekonomi. Belajar dari sejarah interaksi dengan dunia luar, Bali kini dihadapkan pada upaya pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan, memaksimalkan manfaat ekonomi sambil meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan budaya lokal. Tuban, dengan sejarahnya yang kaya dan perannya yang vital, akan terus menjadi saksi bisu bagi perjalanan Bali dalam menavigasi arus perubahan zaman. Artikel ini merangkum secara rinci bagaimana Desa Tuban, melalui dua peristiwa besar dalam sejarah Bali, telah menjadi titik awal dari transformasi peradaban pulau ini, dari era kerajaan hingga era pariwisata global. Tuban, sebuah nama yang tidak hanya merujuk pada sebuah lokasi, tetapi juga pada narasi panjang tentang perubahan dan adaptasi Bali. (isu/suteja)