Search

Home / Aktual / Sosial Budaya

Rejang Mahadewi: Menari Buta, Bakti Memukau dari Buleleng

Editor   |    23 April 2025    |   19:26:00 WITA

Rejang Mahadewi: Menari Buta, Bakti Memukau dari Buleleng
penampilan tari Rejang Mahadewi. (foto/suteja)

BILA tari Bali lekat dengan tatapan mata tajam memikat, Buleleng hadir dengan pengecualian anggun. Di sana, "Rejang Mahadewi" lahir, sebuah tarian rarejangan unik yang sejak awal hingga usai ditarikan dengan mata terpejam.

Tarian persembahan dewa-dewi ini, yang pertama kali dipersembahkan oleh Sekehe Gong Kebyar Wanita Sanggar Seni Jagratara, bukan sekadar gerakan tubuh.

Di bawah sentuhan koreografer Bagus Kawiantara dan alunan tabuh I Kadek Rio Julyarta Putra, Rejang Mahadewi menjelma simbol bakti tanpa pamrih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Inspirasinya mengalir dari Tari Sang Hyang Kebyar yang pernah memukau di PKB 2021.

Setiap liukan lembut penarinya adalah representasi keanggunan dewi. Iringan gong semar pegulingan menyelimuti pertunjukan dalam atmosfer magis penuh penghayatan.

"Gerak tari ini lahir dari kontemplasi atas berkah yang terus mengalir dari alam dan Tuhan," ungkap I Kadek Rio Julyarta Putra, Senin (21/4/2025) di Buleleng.

"Penari yang menari dengan mata tertutup adalah simbol bahwa syukur tak butuh pamer, cukup tulus dan penuh bakti."

Lebih lanjut, Rio menjelaskan bahwa musik dalam tarian ini dirancang untuk menciptakan keheningan yang justru menghidupkan kekuatan dari dalam diri.

"Kami ingin menghadirkan suasana hening yang justru menghidupkan kekuatan dari dalam. Musiknya pelan tapi menggugah," imbuhnya.

Penampilan perdana Rejang Mahadewi pada perayaan HUT Kota Singaraja menjadi momen istimewa. Tarian ini tak hanya memantik kekaguman, namun juga menjadi pengingat akan esensi spiritualitas dalam setiap gerak seni pertunjukan Bali.

Dengan kedalaman pesan dan keindahan visualnya, Rejang Mahadewi hadir sebagai penghormatan atas kearifan lokal Buleleng. Ia adalah wujud upaya pelestarian nilai-nilai luhur yang tersemat dalam kekayaan budaya Bali. (suteja)


Baca juga: NUSA DUA CIRCLE, Mega Proyek ‘Gagal’. Benarkah Perusahaan dan Orang-Orang yang Terlibat Didalamnya Juga Bermasalah? (BAG: 1)