Search

Home / Kolom / Editorial

Tarif Naik, Keadilan Turun?

Editor   |    11 Juli 2025    |   10:54:00 WITA

Tarif Naik, Keadilan Turun?
Ilustrasi pengemudi ojol menghadapi tantangan ekonomi, menggambarkan ketimpangan pendapatan meski tarif layanan mengalami kenaikan signifikan. (dok/podiumnews)

RENCANA pemerintah menaikkan tarif ojek online (ojol) kembali mengemuka ke ruang publik. Dibalut dengan dalih mulia yaitu demi meningkatkan kesejahteraan mitra pengemudi, kebijakan ini tampak menjanjikan di permukaan. Namun seperti diingatkan oleh Guru Besar FEB Universitas Airlangga, Prof Dr Rossanto Dwi Handoyo, langkah ini menyimpan pertanyaan mendasar: benarkah tarif naik berarti pengemudi sejahtera?

Kita hidup di era ketika ekonomi digital menyentuh hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat. Sektor ojek online menjadi salah satu contoh paling nyata bagaimana teknologi dan realitas keseharian rakyat bertemu. Namun di balik kemudahan yang dinikmati konsumen, terdapat jutaan pekerja informal yang menggantungkan hidup dari tarif per kilometer dan insentif aplikasi.

Menaikkan tarif tanpa menyentuh sistem pembagian hasil hanya akan menciptakan ilusi kesejahteraan. Bagi konsumen, ongkos naik. Bagi pengemudi, belum tentu penghasilan ikut terdongkrak. Sebab sebagaimana ditekankan Prof Rossanto, jika tidak ada jaminan pendapatan minimum per transaksi, maka driver tetap berada di tepi ketidakpastian.

Inilah yang semestinya menjadi perhatian pemerintah. Bukan sekadar menaikkan angka nominal tarif, tapi memastikan distribusi manfaat berlangsung adil antara aplikator dan mitra pengemudi. Jangan sampai dalam semangat meningkatkan tarif, kita justru memperdalam jurang ketimpangan baru dalam ekosistem digital.

Kesejahteraan tidak lahir dari angka yang naik di aplikasi, tetapi dari sistem yang melindungi mereka yang bekerja penuh waktu di jalanan agar penghasilan mereka cukup untuk menghidupi keluarga. Negara harus hadir di sana. Tidak cukup menjadi penonton dalam permainan algoritma dan persaingan platform.

Kebijakan ini juga harus dilihat bukan sekadar sebagai solusi jangka pendek untuk meredam keluhan pengemudi, melainkan sebagai bagian dari arsitektur ekonomi digital yang lebih manusiawi, adil, dan berkelanjutan. Negara tidak boleh terlambat mengatur ketika platform sudah menjadi penguasa ruang hidup rakyat kecil.

Dalam dunia yang bergerak semakin cepat, kita tidak hanya dituntut untuk efisien tetapi juga untuk adil. Keadilan adalah fondasi dari kesejahteraan yang sejati. Jika tarif naik tapi keadilan turun, maka kita sedang menuju arah yang keliru. (*)

Baca juga :
  • Data yang Dijual, Martabat yang Dicuri
  • SDM Siap Ekspor, Tapi Siapa yang Siap?
  • Ketika Laut Menuntut Tanggung Jawab