Search

Home / Kolom / Editorial

SDM Siap Ekspor, Tapi Siapa yang Siap?

Editor   |    07 Juli 2025    |   22:25:00 WITA

SDM Siap Ekspor, Tapi Siapa yang Siap?
Editorial. (Podiumnews)

KESEMPATAN itu terbuka lebar. Tapi kesiapan, rupanya belum sebanding. Itulah potret yang kini dihadapi Jembrana, sebuah kabupaten yang tengah bersiap menjadi lumbung tenaga kerja global, namun masih tertatih di dalam rumah sendiri.

Data Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Jembrana mencatat, permintaan tenaga kerja dari luar negeri terus mengalir, mulai dari Asia Timur, Timur Tengah, hingga Eropa. Kebutuhannya pun tak main-main: tukang kayu, tenaga kesehatan, welder, hingga perhotelan. Sebuah peluang besar, namun ironisnya justru belum bisa dipenuhi secara optimal. Penyebab utamanya adalah rendahnya kesiapan, komitmen, dan daya tahan angkatan kerja lokal.

Fenomena ini memperlihatkan satu hal, bahwa bonus demografi tanpa kualitas hanyalah angka. Ketersediaan usia produktif tidak akan otomatis berubah menjadi daya saing jika tidak diiringi dengan pelatihan yang tepat, mentalitas yang tangguh, dan visi yang jangka panjang. Sayangnya, di sinilah titik lemah kita selama ini, terjebak pada euforia peluang tapi abai pada proses penempaan.

Kegagalan peserta dalam masa pelatihan bukan semata karena fasilitas yang belum memadai, tetapi juga karena budaya instan yang kian menggerogoti komitmen generasi muda. Kesempatan kerja di luar negeri bukanlah tiket jalan pintas, melainkan hasil dari tempaan serius dan kesiapan mental yang tahan uji. Di sinilah tantangan nyata yang harus dijawab, baik oleh pemerintah maupun dunia pendidikan.

Langkah Disnakerin Jembrana menjajaki kerja sama dengan lembaga pelatihan berkualitas patut diapresiasi. Begitu pula dorongan kepada SMK agar membuka program empat tahun dengan tambahan sertifikasi. Ini sejalan dengan kebutuhan zaman, bukan sekadar mencetak lulusan tapi menyiapkan profesional muda yang mampu bersaing di pasar global.

Namun kebijakan struktural saja tak cukup. Yang juga dibutuhkan adalah perubahan budaya kerja, dari serba cepat ke tahan uji, dari pasif menunggu ke proaktif mengejar. Masyarakat, keluarga, sekolah, dan lembaga pelatihan harus mulai menanamkan nilai-nilai baru dalam kerja: disiplin, daya juang, dan kecintaan pada keterampilan.

Jembrana, dengan sejarah agrarisnya, kini berdiri di gerbang perubahan. Mampukah ia menjadi eksportir tenaga kerja terampil yang disegani dunia? Jawabannya tidak hanya ada di ruang dinas, tapi juga di ruang-ruang pelatihan yang hidup, di kepala-kepala muda yang mau belajar, dan di tangan-tangan terampil yang mau diuji.

Karena dunia tak menunggu kesiapan kita. Ia hanya membuka pintu bagi mereka yang benar-benar siap melangkah. (*)

Baca juga :
  • Ketika Laut Menuntut Tanggung Jawab
  • Bhayangkara di Titik Balik Sejarah
  • Bali dan Denyut Baru Pariwisata