Search

Home / Khas / Edukasi

Ketut Suastika Usulkan Ruang Kelas Baru Atasi Kisruh PPDB

Nyoman Sukadana   |    17 Juli 2025    |   22:39:00 WITA

Ketut Suastika Usulkan Ruang Kelas Baru Atasi Kisruh PPDB
Anggota DPRD Jembrana Ketut Suastika. (foto/gembong)

MENJELANG tahun ajaran baru sekolah, kisruh Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang SMA mencuat di Kabupaten Jembrana. Orang tua keberatan karena anak-anak mereka mendapatkan SMA yang jaraknya sangat jauh dari rumah.

Bahkan beberapa di antaranya mendapatkan SMA di Kecamatan Gerokgak yang masuk wilayah Kabupaten Buleleng. Keberatan ini mereka sampaikan kepada I Ketut "Cohok" Suastika, anggota DPRD Jembrana asal Desa Tuwed, Kecamatan Melaya.

Setelah menerima aspirasi masyarakat itu, apa tindakan dan jalan keluar yang ia tawarkan? Berikut wawancara dengan politisi PDI Perjuangan tersebut.

Menjelang tahun ajaran baru sekolah, masyarakat menyampaikan keberatan kepada Anda terkait PPDB tingkat SMA. Apa yang paling urgen mereka sampaikan?
Iya, benar. Belasan orang tua murid mengadukan ke saya terkait lokasi SMA tempat anaknya diterima yang jaraknya sangat jauh dari rumahnya.

Sangat jauh? Bisa dijelaskan lebih spesifik jarak yang dikatakan sangat jauh itu?
Saya ambil contoh, ada anak lulusan SMP dari Desa Melaya, saat PPDB kemarin mendapatkan SMA di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng. Itu jaraknya sekitar 61 kilometer dari rumahnya. Selain itu, juga harus melewati kawasan Hutan Bali Barat.

Dari penelusuran Anda, banyak ya lulusan SMP yang mendapat SMA jauh dari rumahnya?
Banyak. Hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Jembrana terjadi itu.

Karena sudah terjadi, menurut Anda apa yang harus dilakukan pemerintah?
Saya usulkan ada angkutan gratis bagi murid-murid itu dari pemerintah. Dengan jarak tempuh yang jauh, pasti akan menjadi beban biaya tambahan bagi orang tua. Belum lagi dari sisi keamanan karena melewati kawasan hutan. Di sinilah pemerintah harus hadir dengan angkutan gratis itu.

Anggarannya dari mana?
Karena jenjang SMA sederajat merupakan wewenang pemerintah provinsi, anggarannya bisa sharing antara provinsi dan kabupaten.

Ada solusi lain selain itu?
Ada. Dengan meningkatkan daya tampung SMA dan SMK untuk lulusan SMP. Pantauan saya, masalah ini muncul juga karena jumlah ruang kelas SMA sederajat tidak mampu menampung seluruh lulusan SMP.

Ada bukti terkait itu?
Pengalaman yang menjadi bukti. Contoh, pada PPDB sebelumnya, SMA Negeri 1 Melaya menggunakan ruang laboratorium sebagai ruang kelas. Dengan tambahan ruang itu, bisa menampung lulusan SMP lebih banyak. Tahun ini saya dengar tidak diizinkan lagi menggunakan ruang laboratorium sebagai ruang kelas. Dampaknya, daya tampung SMA itu berkurang.

Informasinya, sistem baru dalam PPDB juga menjadi faktor munculnya persoalan ini. Pendapat Anda?
Iya, itu juga benar. Ada empat jalur utama pendaftaran, yaitu domisili, afirmasi, prestasi, dan mutasi. Bisa jadi murid salah dalam memilih jalur sehingga tidak diterima di sekolah terdekat. Contoh, ada anak tinggal dekat SMA tapi dia memilih lewat jalur prestasi dibanding jalur domisili. Kalau jalur itu pilihannya, prestasinya akan diadu dengan pendaftar lain yang tidak dibatasi jarak dengan sekolah. Tapi kalau jalur domisili, dia akan diterima karena jaraknya dekat dengan SMA.

Kenapa bisa terjadi salah jalur pendaftaran itu?
Dari penyerapan aspirasi yang saya lakukan, banyak murid dan orang tua yang belum paham, bahkan belum mengetahui sistem baru PPDB dengan empat jalur itu. Sehingga mereka salah pilih cara mendaftar.

Apa karena kurang sosialisasi terkait sistem PPDB itu?
Melihat fakta di lapangan, memang seperti itu.

Agar persoalan yang sama tidak muncul lagi tahun depan, selain meminta agar sosialisasi PPDB SMA dan SMK gencar dilakukan, ia juga mengusulkan penambahan ruang kelas baru. Dengan adanya ruang kelas baru, anak-anak yang sekarang sekolahnya terlalu jauh dari rumah saat kelas XI bisa tertampung di sekolah terdekat.

"Persoalan administrasi kepindahan murid di Dapodik kan ada teknisnya. Pasti bisa," katanya. (*)

(gembong/sukadana)

Baca juga :
  • Dari Panggung ke Pelukan Generasi
  • Di Antara Kresek dan Karang, Bocah Belajar Peduli
  • Ketika Api Datang, Ibu-Ibu Tak Lagi Diam