Search

Home / Aktual / Kesehatan

DBD Meningkat, Vaksinasi Masih Dianggap Sepele

Nyoman Sukadana   |    07 Oktober 2025    |   07:34:00 WITA

DBD Meningkat, Vaksinasi Masih Dianggap Sepele
Ilustrasi nyamuk Aedes di sekitar ember air, menggambarkan potensi sumber penularan DBD yang sering diabaikan masyarakat. (podiumnews)

YOGYAKARTA, PODIUMNEWS.com - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi momok di berbagai wilayah Indonesia. Meski penyakit ini telah lama dikenal, kasusnya belum juga surut dan terus menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Hingga Mei 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat lebih dari 56.000 kasus DBD dan sedikitnya 250 kematian.

Di sejumlah daerah, situasi juga menunjukkan peningkatan signifikan. Di Tasikmalaya, tercatat 607 orang positif DBD sepanjang Januari hingga September 2025. Sementara RSUD Kota Batam melaporkan 79 kasus selama tahun ini. Data tersebut menggambarkan bahwa penularan DBD masih meluas dan sulit dikendalikan secara menyeluruh.

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Prof dr Eggi Arguni MSc PhD SpA(K), menjelaskan bahwa kelompok usia anak masih menjadi pihak paling rentan terhadap infeksi dengue. “Kasus terbanyak di Indonesia masih didominasi oleh usia anak, terutama di bawah sepuluh tahun,” ujarnya, Senin (6/10/2025) di Yogyakarta.

Menurutnya, peningkatan kasus disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna serta tingginya risiko paparan di lingkungan rumah dan sekolah. “Bayi juga termasuk kelompok berisiko tinggi, karena antibodi dari ibu justru dapat menimbulkan reaksi berat ketika anak terinfeksi virus dengue,” jelasnya.

Eggi menambahkan, kasus DBD kini telah merata di seluruh Indonesia. Namun tingkat endemisitas paling tinggi masih ditemukan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Makassar, dan Medan. Kepadatan penduduk dan kebersihan lingkungan yang buruk menjadi faktor utama penyebaran nyamuk Aedes aegypti.

Ia menjelaskan bahwa hingga kini belum ada obat khusus untuk mengatasi infeksi dengue. Penanganan medis bersifat suportif, meliputi pemberian cairan, obat penurun demam, dan transfusi darah bila terjadi perdarahan berat. “Karena itu, pencegahan tetap menjadi kunci utama, baik melalui pengendalian vektor maupun vaksinasi,” kata Eggi.

Upaya pencegahan menurutnya dapat dilakukan melalui Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan prinsip 3M Plus. Langkah ini mencakup menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat penampungan air, serta memelihara ikan pemakan jentik atau melakukan fogging bila diperlukan. “Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan sangat menentukan keberhasilan pengendalian DBD,” ujarnya.

Eggi juga mengingatkan masyarakat agar memahami waktu aktif nyamuk penular. Aedes aegypti bukan nyamuk malam, melainkan paling agresif pada pagi hingga menjelang sore hari. “Justru di jam-jam itu mereka paling sering menggigit, terutama di area rumah,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya diagnosis dini agar pasien dapat segera ditangani sebelum kondisi memburuk. Gejala yang perlu diwaspadai antara lain demam tinggi, sakit perut hebat, muntah terus-menerus, perdarahan di gusi atau kulit, dan tubuh terasa sangat lemas. “Jika gejala ini muncul, pasien harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan,” tegasnya.

Kabar baiknya, Indonesia kini telah memiliki vaksin dengue yang dapat diberikan untuk usia empat hingga enam puluh tahun. Vaksin ini tersedia secara mandiri di rumah sakit dan klinik swasta, meski belum termasuk dalam program vaksinasi nasional. “Vaksin ini sangat direkomendasikan bagi masyarakat di daerah endemis dengan dua dosis yang diberikan dalam jarak tiga bulan,” jelas Eggi.

Ia berharap pemerintah dapat segera memasukkan vaksin dengue ke dalam program vaksinasi nasional agar biayanya lebih terjangkau. “Tidak ada satu cara pencegahan yang paling efektif. Semua upaya harus dilakukan bersama, mulai dari menjaga kebersihan, PSN, vaksinasi, hingga edukasi masyarakat,” tuturnya.

(riki/sukadana)

Baca juga :
  • Tekan Kasus DBD, Pemkot Denpasar Lakukan Fogging di 39 Titik
  • Kesadaran Perempuan Periksa Kanker Payudara Masih Rendah
  • Cegah Penyebaran Campak, Pemkot Denpasar Gelar Imunisasi Massal Gratis