Search

Home / Muda / Kata Mereka

Efek Kebijakan Tas Kresek Jadi Contoh

Editor   |    17 April 2025    |   10:37:00 WITA

Efek Kebijakan Tas Kresek Jadi Contoh
Ketua BEM Unud I Wayan Arma Surya Darmaputra. (dok/pribadi)

Denpasar, PODIUMNEWS.com - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Udayana (Unud) menyoroti keberhasilan adaptasi masyarakat Bali terhadap kebijakan pembatasan penggunaan tas kresek sebagai contoh positif dalam mendukung langkah Gubernur Wayan Koster melarang produksi dan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) berukuran di bawah satu liter.

Dalam audiensi di Jayasabha, Denpasar, Rabu (16/4/2025), Ketua BEM Unud I Wayan Arma Surya Darmaputra menyampaikan bahwa meskipun awalnya menuai keluhan, masyarakat Bali kini telah terbiasa dengan pembatasan tas kresek.

Hal ini, menurutnya, menjadi pelajaran berharga bahwa kebijakan yang bertujuan baik untuk lingkungan akan diterima seiring berjalannya waktu.

"Seperti sebelumnya kebijakan pembatasan tas kresek yang awalnya banyak dikeluhkan ternyata seiring berjalannya waktu jadi terbiasa," ujar Arma Surya di hadapan Gubernur Koster.

Ia meyakini, pengalaman ini dapat menjadi gambaran bagaimana masyarakat juga akan beradaptasi dengan kebijakan pelarangan AMDK kecil demi mengurangi volume sampah plastik di Bali.

Lebih lanjut, Arma Surya menyatakan dukungan penuh BEM Unud terhadap kebijakan pelarangan AMDK di bawah satu liter. Ia menilai langkah ini sebagai solusi konkret untuk mengatasi permasalahan sampah plastik yang telah lama menjadi isu di Bali.

"Saya sangat mendukung program ini untuk mengurangi sampah plastik kita di Bali. Ini solusi konkret untuk Bali yang mana masalah sampah sudah jadi isu sejak lama," tegasnya.

Dukungan dari BEM Unud, dengan menyoroti keberhasilan adaptasi masyarakat terhadap pembatasan tas kresek, memberikan angin segar bagi implementasi kebijakan pelarangan AMDK kecil di Bali.

Hal ini menunjukkan adanya kesadaran kolektif akan pentingnya upaya mengurangi sampah plastik demi masa depan lingkungan Bali yang lebih baik. (fathur/suteja)


Baca juga: Kisah Farani, Wisudawan Double Degree Pertama FH UNAIR-Maastricht University