DENPASAR, PODIUMNEWS.com - Sebuah keputusan bersejarah diumumkan oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, pada Senin (21/4/2025): tanggal 19 April resmi ditetapkan sebagai Hari Keris Nasional. Langkah ini menandai pengakuan mendalam terhadap evolusi keris, artefak pusaka yang dulunya berfungsi sebagai senjata tikam di masa prasejarah Nusantara, kini bertransformasi menjadi simbol budaya yang kaya akan nilai historis, artistik, dan spiritual. Penetapan ini disambut baik oleh berbagai kalangan, termasuk akademisi seperti Puji Karyanto SS MHum dari Universitas Airlangga (UNAIR). Menurutnya, langkah pemerintah ini sangat tepat, mengingat keris telah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO sejak tahun 2005. Pengakuan ini memperkuat posisi keris bukan hanya sebagai benda bersejarah, melainkan juga sebagai representasi identitas bangsa. Seiring berjalannya waktu, fungsi keris mengalami metamorfosis yang signifikan. "Dalam perkembangannya diketahui bahwa keris bukan sekadar sebagai senjata. Tetapi juga dipakai sebagai pelengkap busana adat serta sebagai pusaka yang dikeramatkan sakralitasnya oleh para pemiliknya," ujar Puji melalui keterangan pers, Senin (28/4/2025). Perubahan ini mencerminkan bagaimana keris meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, dari alat praktis hingga objek yang dihormati dan diwariskan. Keunikan keris juga terletak pada keberagaman bentuk dan karakteristiknya, yang seringkali mencerminkan tujuan pembuatannya. Keris yang dibuat sebagai suvenir tentu berbeda nilai dan maknanya dengan keris pusaka yang ditempa oleh para empu dengan keahlian khusus dan diyakini memiliki kekuatan spiritual. Penetapan Hari Keris Nasional diharapkan menjadi momentum penting untuk meningkatkan apresiasi dan pemahaman masyarakat terhadap warisan budaya ini. Lebih dari sekadar artefak, keris adalah narasi panjang tentang sejarah, seni, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang perlu terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat identitas nasional dan mencegah warisan berharga ini hanya lestari di negeri tetangga. (riki/suteja)
Baca juga :
• WHDI Perkuat Peran Perempuan Lestarikan Budaya dan Adat Bali
• Anak Yatim Tak Diterima di SMP Negeri, Ini Kata Disdikpora Denpasar
• Seka Palegongan Natar Ayun Banjar Saba Penatih Pukau Penonton PKB