Search

Home / Aktual / Advertorial

Napak Pertiwi Kiadan Tampilkan Harmoni Sakral di PKB

Editor   |    03 Juli 2025    |   20:16:00 WITA

Napak Pertiwi Kiadan Tampilkan Harmoni Sakral di PKB
Sekaa Gong Ejo Bang Kiadan tampilkan garapan Napak Pertiwi di Art Center Denpasar. (foto/adi)

DENPASAR, PODIUMNEWS.com – Sekaa Gong Ejo Bang dari Desa Adat Kiadan, Desa Plaga, Kecamatan Petang, Badung, menampilkan garapan tradisi sakral bertajuk Napak Pertiwi pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII, Kamis (3/7/2025). Pementasan berlangsung di Kalangan Angsoka, Taman Budaya Art Center Denpasar dan disambut antusias penonton.

Tradisi Napak Pertiwi merupakan warisan budaya leluhur di Desa Adat Kiadan. Dalam PKB 2025, Sekaa Gong Ejo Bang mengkreasikannya sebagai pertunjukan seni tradisi yang kaya akan nilai spiritual, estetika, dan budaya lokal.

Penata Kerawitan I Putu Sopyarta menjelaskan bahwa garapan ini terdiri dari tiga bagian utama. Bagian pertama diawali dengan Tabuh Petegak Bebarongan berjudul Dangsil. Komposisi musikal ini mengangkat simbol rasa syukur atas kesuburan dan hasil panen melalui media Dangsil, anyaman bambu berhias sesajen yang menjadi perlambang keseimbangan alam.

Tabuh Dangsil disusun dalam struktur kawitan, pengawak, dan pengecet dengan nuansa musikal yang menggambarkan kekhusyukan dan penghormatan terhadap alam.

Bagian kedua dilanjutkan dengan Tari Pendet Pemendak Ratu, yang merupakan persembahan suci untuk menyambut kehadiran Ida Bhatara Ratu Sesuhunan dalam bentuk tapakan Barong dan Rangda. Tarian ini juga menampilkan tokoh penasar wijil yang membawakan kisah kearifan lokal dan pesan pelestarian budaya.

Sebagai penutup, ditampilkan Tari Telek Badung. Garapan ini mengisahkan peristiwa kosmis ketika Sang Hyang Tri Semaya turun ke dunia untuk meredam kekuatan adharma yang muncul dalam wujud Dewi Durga dan Kala Ludra.

Dalam kisah ini, Dewa Brahma hadir sebagai Jauk, Dewa Wisnu sebagai Telek, dan Dewa Iswara sebagai Barong. Ketiganya bersatu untuk menjaga keseimbangan dan harmoni semesta melalui kekuatan dharma.

"Karya ini menjadi simbol perlindungan spiritual, dan seluruhnya diramu dalam satu sajian yang merefleksikan ketulusan bhakti dan jati diri budaya masyarakat Kiadan," ujar Sopyarta.

Ia menambahkan, proses persiapan telah dilakukan selama tiga bulan. Total ada 50 seniman yang terlibat, terdiri dari penabuh dan penari dari Desa Kiadan.

Melalui penampilan ini, Sekaa Gong Ejo Bang membuktikan bahwa pelestarian budaya dapat tetap sakral sekaligus inovatif. Tradisi yang diwariskan leluhur terus hidup dan berkembang menjadi inspirasi generasi muda untuk mencintai jati dirinya sebagai masyarakat Bali.

(adi/suteja)

Baca juga :
  • Joged Tradisi Badung Tampilkan Harmoni Pesisir Pantai Kuta
  • Tim Tenis Badung Targetkan Juara Umum Porprov
  • Dedikasi Lintas Generasi, Badung Tampilkan Gong Legendaris