BALI, pulau yang dikenal dengan keindahan alam dan budaya yang kaya, kini menghadapi masalah besar—penumpukan sampah plastik. Sebagai destinasi wisata internasional, Bali menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya, namun sampah plastik yang dihasilkan oleh pengunjung dan penduduk setempat semakin mengancam kelestarian lingkungan. Pantai-pantai indah dan ekosistem laut yang menjadi daya tarik utama pulau ini kini tercemar oleh sampah plastik yang sulit terurai. Setiap harinya, Bali memproduksi ribuan ton sampah plastik, yang sebagian besar berasal dari kemasan sekali pakai. Pemerintah Bali telah melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai sejak 2019, namun dampaknya belum signifikan mengurangi jumlah sampah plastik. Terlihat masih banyak sampah plastik yang terbuang sembarangan, merusak pemandangan dan mengancam kesehatan lingkungan, khususnya di kawasan pesisir. Inisiatif lokal, seperti program pembersihan pantai dan edukasi pengurangan sampah plastik, mulai menunjukkan hasil positif. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama terkait pengelolaan sampah yang belum optimal di banyak desa wisata. Selain itu, wisatawan juga harus lebih bijak dalam membawa dan mengelola sampah pribadi mereka selama berkunjung. Solusi untuk krisis ini memerlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor pariwisata, masyarakat lokal, dan wisatawan. Pemerintah perlu memperkuat pengelolaan sampah dan infrastruktur daur ulang, sementara masyarakat dan wisatawan harus lebih peduli terhadap lingkungan dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Hanya dengan kerja sama semua pihak, Bali dapat kembali menjadi pulau yang bersih, lestari, dan ramah lingkungan. (*)
Baca juga:
Sasar Turis Berkualitas