KEKAYAAN tradisi spiritual Bali, Tari Sanghyang Jaran tampil sebagai ritual unik dan memukau. Tarian sakral ini bukan sekadar pertunjukan, melainkan sebuah upaya magis untuk menolak bala dan membersihkan lingkungan dari energi negatif. Penarinya, dalam kondisi trance atau kesurupan, menari di atas bara api tanpa terluka, sebuah pemandangan yang mencengangkan dan penuh makna. Berbagai sumber mengungkap bagaimana Tari Sanghyang Jaran, yang diperkirakan berasal dari zaman pra-Hindu, menjadi bagian penting dari upacara adat di berbagai daerah di Bali. Tarian ini tidak dipentaskan sembarangan, melainkan pada saat-saat tertentu ketika masyarakat menghadapi musibah, wabah penyakit, atau gangguan spiritual lainnya. Api, Kuda, dan Kesurupan: Elemen Magis Sanghyang Jaran Tari Sanghyang Jaran memiliki beberapa elemen kunci yang menjadikannya unik dan sakral: Tarian ini biasanya diawali dengan ritual nusdus, yaitu upacara penyucian medium (penari) dengan asap dan api. Penari kemudian dirias dengan tapak dara (tanda tambah) di beberapa bagian tubuh. Saat kidung dinyanyikan, penari mulai bergerak dan mengalami trance, menari dengan gerakan yang kuat dan penuh energi di atas bara api. Lebih dari Sekadar Tarian: Makna Spiritual Sanghyang Jaran Tari Sanghyang Jaran bukan hanya tontonan yang memukau, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Bali. Tarian ini dipercaya memiliki kekuatan untuk: Tari Sanghyang Jaran menjadi bukti kekayaan budaya Bali yang sarat dengan nilai-nilai spiritual dan kearifan lokal. Meskipun zaman terus berubah, tarian ini tetap dilestarikan sebagai bagian penting dari identitas dan kepercayaan masyarakat Bali. (fathur)
Baca juga :
• Media Sosial Dongkrak Popularitas Pacu Jalur
• Bupati Badung Pimpin Prosesi Melasti di Canggu
• Bupati Tabanan Buka Bantiran Festival, Dorong Agrowisata Lokal