Search

Home / Aktual / Kesehatan

Hipertensi The Silent Killer Serang Anak Muda

Nyoman Sukadana   |    29 September 2025    |   09:39:00 WITA

Hipertensi The Silent Killer Serang Anak Muda
Ilustrasi pemeriksaan tekanan darah dengan tensimeter di klinik, menggambarkan pentingnya deteksi dini hipertensi pada usia muda. (podiumnews)

YOGYAKARTA,PODIUMNEWS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi kini tak lagi menjadi penyakit khas usia lanjut. Fenomena medis yang dikenal sebagai the silent killer ini mulai banyak menyerang kelompok usia muda. Perubahan pola hidup masyarakat modern yang cenderung tidak sehat menjadi faktor pendorong utama di balik pergeseran tersebut.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2023 mencatat 33 persen penduduk dunia atau satu dari tiga orang mengalami hipertensi. Jumlah itu terus meningkat dari tahun ke tahun dan diperkirakan mencapai 1,5 miliar penderita pada 2025. Di Indonesia, tren serupa terlihat pada remaja dan dewasa muda, yang mulai terdeteksi memiliki tekanan darah di atas batas normal meski tampak bugar dan produktif.

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada, Prof dr Fatwa Sari Tetra Dewi MPH PhD, menegaskan fenomena ini tidak cukup dijelaskan oleh faktor genetik. Menurutnya, pola hidup menjadi penyebab dominan. “Faktor genetik saja tidak cukup menerangkan terjadinya hipertensi pada usia usia yang lebih muda. Yang lebih banyak terjadi adalah faktor perilaku hidup yang kurang sehat,” ujarnya melalui keterangan resmi, Senin (29/9/2025).

Ia memaparkan kebiasaan merokok, konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, rendahnya asupan buah serta sayur, kurang aktivitas fisik, dan stres yang tinggi sebagai kombinasi yang menaikkan risiko. Gaya hidup serba cepat, sering begadang, minuman manis berlebihan, serta waktu duduk yang panjang memperparah situasi. Banyak anak muda mengira dirinya sehat karena tidak ada keluhan, padahal hipertensi sering tidak menunjukkan gejala hingga memicu komplikasi serius seperti stroke dan penyakit jantung.

Prof Fatwa menekankan pentingnya pemeriksaan tekanan darah secara rutin, termasuk pada usia remaja dan dewasa muda. Pemerintah menyelenggarakan program skrining di populasi untuk mendeteksi kasus lebih dini agar penanganan segera dilakukan. Namun partisipasi aktif kelompok muda dinilai masih perlu ditingkatkan. “Anak anak muda tidak menyadari kalau mereka menderita hipertensi karena merasa tubuhnya masih bugar,” katanya.

Menurutnya, pengendalian yang efektif harus dimulai sedini mungkin melalui pembiasaan perilaku sehat. Keluarga memegang peran sentral, mulai dari menyiapkan menu seimbang di rumah, memperkenalkan olahraga atau aktivitas fisik yang bertahap, hingga membantu pengelolaan stres. Pola asuh yang demokratis dan suportif dinilai dapat membangun ketahanan diri remaja dalam menghadapi tekanan akademik maupun sosial.

Ia mengingatkan perubahan gaya hidup tidak bisa berlangsung instan. Perlu pendekatan yang realistis agar anak muda tetap konsisten. Langkah sederhana seperti mengurangi garam, membatasi minuman manis, berhenti merokok, berjalan kaki lebih sering, dan tidur cukup dapat memberi dampak berarti pada tekanan darah. Sekolah, kampus, komunitas, dan tempat kerja juga didorong menciptakan lingkungan yang memudahkan pilihan sehat.

Hipertensi mungkin tidak terasa, tetapi konsekuensinya nyata. Dengan tren kasus yang bergeser kepada usia produktif, ancaman sunyi ini berpotensi mengganggu kualitas sumber daya manusia di masa depan. Kesadaran memeriksa tekanan darah, mengikuti skrining, dan menjaga pola hidup sehat menjadi kunci pencegahan yang bisa dilakukan sejak sekarang.

(riki/sukadana)

Baca juga :
  • Posyandu Paripurna Jadi Garda Pemulihan Pascabencana Denpasar
  • Jembrana Masih Zona Merah Rabies, Ratusan Kasus Gigitan Tiap Bulan
  • Penderita Demensia di Indonesia Diperkirakan Tembus 4 Juta